BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurangnya mental dan motivasi siswa
dalam mengikuti mata pelajaran ekonomi disebabkan karena pendekatan
pembelajaran yang sering dilakukan
sering kali monoton, hanya guru saja yang kita lihat berbicara di depan
kelas dan pengajaran hanya ditekankan kepada upaya menjelaskan saja tanpa meminta siswa lebih aktif untuk
melakukan pelatihan di depan kelas. padahal keaktifan siswa dalam mengerjakan
latihan soal maupun tugas-tugas sangat menunjang siswa untuk termotivasi dan
memiliki keberanian dalam menyampaikan pemahaman yang mereka dapatkan dari
penjelasan guru. Dengan kata lain cara belajar siswa aktif sering di abaikan
dalam proses belajar-mengajar sehingga mengakibatkan siswa tidak terlatih untuk
memiliki keberanian di depan kelas pada saat merespon pelajaran khususnya pada
mata pelajaran ekonomi.
Berdasarkan hasil observasi di
permasalahan yang bisa dilihat adalah metode pengajaran yang digunakan tidak
bervariasi sehingga siswa akan merasa bosan untuk melaksanakan kegiatan
belajar. Kurangnya sumber belajar yang menjadi pegangan siswa, jarangnya siswa untuk mengunkapkan
pendapatnya dan kurangnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik dari guru
maupun dari siswa untuk memberdayakan kemampuan berfikir siswa. Hal ini
berkaitan dengan metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan lebih
banyak menerapkan metode tersebut dapat menyebabkan pembelajaran ekonomi dan
umumnya IPS kurang menarik , permasalahan ini pada akhirnya bermuara pada
rendahnya mental dan motivasi belajar siswa.
Proses belajar-mengajar di dalam kelas
tidak hanya didominasi oleh kemampuan guru dalam menjelaskan saja, akan tetapi
kemampuan siswa dalam memahami juga sangat ditunjang oleh beberapa faktor
antara lain : Pendekatan strategi, teknik, metode, fasilitas, tujuan, motivasi.
Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
meningkatkan mental dan kemampuan siswa, khususnya bagaimana para guru
mengimplementasikan strategi dan pendekatan tersebut dalam proses pengajaran
ekonomi.
Pendekatan cara belajar siswa aktif,
di gunakan untuk membantu para siswa keluar dari beberapa kendala kurang
prestasi mental dan motivasi siswa seperti, takut, grogi, tidak percaya diri,
dan sebagainya. Logikanya cara belajar siswa aktif adalah sebuah pendekatan di
mana siswa dapat memiliki mental dan motivasi untuk merespon dan mengerjakan
langsung pemahaman yang didapatkan dari penjelasan guru.
Sementara keterkaitan pendekatan cara
belajar siswa aktif dengan mental dan motivasi merupakan alat penunjang bagi
siswa untuk mendukung kemampuan prestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi
kelas XA di MA NW Sakra Tahun pelajaran
2011/2012.
Berdasarkan pernyataan diatas maka
pendekatan belajar siswa aktif merupakan sebuah pendekatan atau strategi
mengajar yang menekankan kepada siswa untuk meningkatkan prestasi, mental dan
motivasi untuk merespon dan mengerjakan langsung pemahaman yang didapatkan
sehingga dengan pendekatan ini para siswa nantinya diharapkan akan dapat
memiliki mental dan motivasi agar lebih di tingkatkan di kelas XA khususnya
pada mata pelajaran ekonomi di MA NW Sakra Tahun pelajaran 2011/2012.
Pembelajaran aktif ini membutuhkan
pengalaman serta pengetahuan yang lebih bagi seorang guru , karena hal ini
tentu saja akan berpengaruh terhadap tingkat motivasi, pemahaman dan kemampuan
siswa. Pembelajaran IPS pada umumnya merupakan pembelajaran yang mempunyai
tujuan dan misi kritis yaitu pendidikan dan membekali siswa berfikir.
Merujuk dari latar belakang tersebut
peneliti tertarik mengangkat sekaligus mengkaji ” Penerapan Pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) Dalam Meningkatkan Prestasi, Mental dan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XA di MA NW
Sakra Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar
belakang diatas peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah yaitu :
1. Tidak
adanya sumber belajar yang menjadi pegangan siswa
2. Metode
pengajaran yang digunakan tidak bervariasi
3. Siswa
terlihat kurang bersemangat pada saat guru menjelaskan
4. Siswa
mempunyai mental dan motivasi yang kurang pada mata pelajaran ekonomi
C.
Batasan Masalah
Mengingat
terbatasnya kemampuan, waktu, tenaga, dan biaya maka ruang lingkup peneliti ini
adalah ;
1.
Batasan obyek
Yang menjadi obyek penelitian ini
adalah penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam meningkatkan
prestasi, mental dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
2.
Batasan subyek
Yang menjadi subyek penelitian ini
adalah kelas XA MA NW Sakra tahun 2011/2012 yang berjumlah 23 orang.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas Rumusan masalah yang diangkat adalah "Bagaimanakah
penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam meningkatkan
prestasi, mental dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XA MA NW Sakra Kec. Sakra Lombok Timur Tahun Pelajaran
2011/2012" .
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitaian adalah untuk mengetahui
penerapan pendekatan cara belajar
siswa aktif (CBSA) dalam meningkatkan prestasi, mental dan motivasi belajar
siswa pada mata pelejaran ekonomi kelas XA MA NW Sakra Kec. Sakra Lombok Timur Tahun Pelajaran
2011/2012.
F.
Manfaat Penelitian
Setiap penelitian
tentunya harus memiliki manfaat bagi semua yang terkait didalamnya untuk itu
dipaparkan manfaat penelitian ditinjau dari sisi Akademis teoritis dan manfaat
praktis.
- Manfaat Akadedmis
Dari sisi Akademis
manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai
kebutuhan studi pada sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan (STKIP)
Hamzanwadi Selong.
- Manfaat Teoritis
Dari sisi teori
manfaat penelitian adalah sebagai bahan pengkajian pengetahuan, penambah
wawasan, serta sebagai bahan pengkajian dalam bidang pembelajaran ekonomi untuk
meraih prestasi yang lebih baik..
- Manfaat Praktis
Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi guru pada umumnya dan guru ekonomi pada
khususnya, agar dapat memilih dan menerapkan suatu cara yang lebih efektif,
dalam pelaksanaan kegiatan proes pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
cara belajar siswa aktif . disamping itu hasil ini juga diharapkan sebagai
masukan bagi pihak pemerintah dalam hal ini lembaga pendidikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang lebih konstruktif terhadap
kemajuan pendidikan.
G.
Identifikasi dan Klasifikasi
Variabel
- Identifikasi Variabel
Untuk dapat
mengumpulkan data penelitian maka setiap variabel yang di gunakan dalam
penelitian ini perlu diidentifikasi . Adapun variabel yang terdapat dalam
penelitian ini ada empat prestasi yaitu: Mental dan motivasi belajar yang
merupakan kesuluruhan daya penggerak yang ada didalam diri siswa untuk
menimbulkan dan merespon kegiatan pembelajaran yang bisa dipengaruhi oleh
penerapan pendekatan CBSA pada setiap proses pembelajaran.
- Klasifikasi Variabel
Dalam penelitian
ini peneliti dapat mengklasifikasi variabel–variabelnya sebagai berikut :
1.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
yaitu "Penerapan pendekatan CBSA”.
2.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
yaitu "Prestasi, mental dan Motivasi belajar siswa"
H.
Definisi Operasional Variabel
- Pendekatan CBSA
Dapat diartikan
sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan
intelektual emosioal siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik
jiwa apabila diperlukan.
- Prestasi, Mental dan Motivasi Belajar Siswa
Prestasi belajar
merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh setiap siswa setelah
melaksanakan proses belajar dan evaluasi.
Mental belajar
merupakan daya penggerak yang sering kali disebut dengan keberanian untuk
merespon dan menyalurkan kemampuan tentang suatu objek berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut.
Motivasi belajar
siswa adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
BAB II
KANJIAN PUSTAKA
A. Penelitian
Terdahulu
Beberapa
penelitian terdahulu telah melakukan penelitian strategi pembelajaran, hasil
penelitian tersebut antara lain :
1.
Nurdin
(2008) Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan Pada Kelas X1 MAN 1 SUMBAWA
(2007/2008) Dari hasil penelitiannya menggunakan tes evaluasi dan pendekatan
dokumentasi sedangkan yang menjadi variabel independen atau variabel bebas
yaitu penerapan strategi pembelajaran aktif, kreatif, dan afektif dan
menyenangkan dan yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat yaitu
hasil belajar siswa dengan pokok bahasan kegiatan ekonomi pada mata pelajaran
ekonomi. Taraf signifikan 5% dan taraf kebebasan 40 ternyata angka penolakan
nol yang yang ditunjukkan dalam tabel nilai "t" adalah 2,65 dan 2,42
untuk taraf signifikan 1% kenyataan ini menunjukkan nilai "t" yang
diperoleh dalam penelitian sebesar 2.08 dengan demikian, jadi hipotesis ditolak
dan hipotesis alternatif diterima
Berdasarkan tarif
signifikan 5% dan tarif signifikansi 1% hipotesis nol ditolak dan hipotesis
alternatif diterima. bahwa ada pengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa pokok
bahasan kegiatan ekonomi mata pelajaran ekonomi pada sekolah MAN 1 SUMBAWA
Tahun ajaran 2009/2010.
2.
Eva Nurhayati (2007) Pengaruh Penggunaan Metode
Belajar Aktif Tipe Quiz Team Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi
Siswa Kelas X AK SMK Negeri 3 Jepara Tahun 2006/2007. Penelitian ini merupakan
penelitian PTK dengan populasi siswa kelas X AK SMK Negeri 3 Jepara tahun
2006/2007 berjumlah 79 siswa. Terdiri dari X AKI dan X AK2. Variabel
dalampenelitian ini adalah minat dan metode bwlajar aktif Tipe Quiz team. Serta
hasil belajar dan metode konvensional dan metode belajar aktif Tipe Quiz team.
Dari hasil
analisis data awal kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang relatif sama.
Tidak ada perbedaaan awal dari kedua kelompok. Untuk minat belajar kedua
kelompok variabel yang sama. Hasil uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen
(83,18) hasil belajarnya lebih dari 70 atau lebih mencapai ketuntasan nelajar.
Sedangkan untuk kelompok kontrol hasil belajar (79.60) telah memcapai
ketuntasan belajar.
3.
Ratnawati (2010), Penerapan srategi pembelajaran
aktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X3 pada mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 LAPE (2009/2010). Dari hasil penelitian menggunakan tes
evaluasi dan observasi yang menjadi variabel bebas yaitu penerapan strategi
pembelajaran aktif, dan yang menjadi variabel terikat yaitu hasil belajar siswa
dengan pokok bahasan pendapatan nasional pada pelajaran ekonomi.
Dari hasil
analisis data awal, siswa mempunyai kemampian awal mencapai (53,33%) dengan
jumlah siswa 30 orang dan dengan nilai rata-rata (70,18%), kemudian hasil
ketuntasan belajar pada siklus II mencapai (93,33%) dengan jumlah siswa yang
sama dengan nilai rata-rata (79,66).
B. Landasan
Teori
1.
Pengertian Pendekatan CBSA
Keaktifan siswa
dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan
fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan
fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca,
mrndengarkan, menulis, meragakan, mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psikis dapat
mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan
hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep lainnya dan kegiatan
psikis lainnya (Dimyati dan Mudjiono, 2007: 14).
Namun demikian,
semua kegiatan tersebut harus dapat dipulangkan kepada suatu karakteristik,
yaitu keterlibatan intelektual emosional siswa dalaam kegiatan pembelajaran.
keterlibatan tersebut terjadi pada waktu kegiatan kognitif dalam pencapaian
atau perolehan pengetahuan, pada saat siswa mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan, dan sewaktu siswa menghayati dan menginternalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai. Dengan kata lain, keaktifan
dalam pendekatan CBSA menunjuk pada keaktifan mental, baik intelektual maupun
emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau
dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk kegiatan fisik (Dimyati
dan mudjiono, 2007: 115).
Menurut Wina
Sanjaya (2007: 125) Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Ada dua pendekatan dalam
pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approachs),
dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approachs).
Berdasarkan
uraian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan mengenai pengertian pendekatan
CBSA. Dimana penedekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang
mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam
proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual-emosional atau fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran,
diarahkan untuk membelajarkan siswa. Bagaimana belajar memperoleh dan memeroses
perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai(Dimyati
dan Mudjiono,2007:115).
Peningkatan
penerapan CBSA merupakan keutuhan yang harus segera terpenuhi. Guru hendaknya
tak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kepada siswa guru hendaknya mengajar untuk
membelajarkan siswa dalam konteks belajar bagaimana belajar mencari, menemukan,
dan meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dengan penerapan
CBSA diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar
dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya.
Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berfikir secara
teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari serta
lebih terampil dalam menggali, menjelajah, menggali dan mengembangkan informasi
yang bermakna baginya (Dimyati dan mudjiono, 2007: 117).
Disisi lain,
dengan penerapan CBSA. Guru diharapakan bekerja secara profesional. mengalami
secara sistematis berdasarakan prinsip yang berdaya guna dan berhasil guna
(efisiensi dan efektif), artinya guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang
mereka laksanakan secara sistematis, dengaan pemikiran mengapa dan bagaimana
menyelenggrakan kegiatan pembelajaran aktif. Lambat laun penerapan CBSA pada
gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyelesaikan diri
terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.
2.
Kadar CBSA Dalam Pembelajaran
Mc Keachie mengemukakan dimensi proses pembelajaran yang
mengakibatkan terjadinya ke-CBSA-an.
Adapun dimensi-dimensi
yang dimaksud adalah :(Dimyati dan Mudjiono, 2007 ; 119).
a. Partisipasi
siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
b. Tekanan
pada aspek afektif dalam belajar.
c. Partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Kekompakan
kelas sebagai kelompok.
e. Kesempatan
yang diberikan kapada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam
kehidupan sekolah.
f. Jumlah
waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa.
Raka joni mengungkapkan
bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik sebagai berikut
: ( Dimyati dan Mudjiono, 2007 ; 120)
a. Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada siswa
Siswa berperan
lebih aktif dalam mengembanakan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta
pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa
lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan
b. Guru
adalah pebimbing dalam terjadinya pengalaman belajar
Guru bukan
satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar, yang
memberikan peluang bagi siswa agar dapat memproleh pengetahuan melalui usaha
sendiri, dapat mengembangkan motivasi dalam dirinya, dan dapat mengembangkan
pengalaman untuk membuat suatu karya.
c. Tujuan
kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis
Selain pencapaian
standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa
secara utuh dan seimbang.
d. Pegelolahan
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreatifitas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk mengusai konsep-konsep dengan mantap
e. Penilaian
Ini dilaksanakan
untuk mengamati dan megukur kegiatan dan kemajuan siswa,serta mengukur berbagai
keterampilan yang dikembangkan, serta mengukur hasil belajar siswa.
Berdasarkan
uraian-uraian tersebut, dapat dikatakan secara singkat bahwa kadar CBSA bergantung
pada dan dipengaruhi oleh keaktifan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan
menilai proses pembelajaran dan hasil pembelajaran keaktifan siswa diharapkan
menampak secara nyata terutama pada saat pelaksanaan proses pembelajaran, baik
secara perorangan ataupun secara kelompok.
3.
Prestasi Belajar
Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut :
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat dan jenisnya karena itu
sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan
dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah
tertabrak mobil, perubahan semacam ini tidak dapat digolongkan ke dalam
perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang
dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek pematangan
pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian
belajar. Ciri-ciri tingkah laku dalam pengertian belajar (Arisandi, 2011) :
a.
Perubahan Terjadi Secara Sadar
Ini berarti
seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya
bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi
karena mabuk atau keadaan tidak sadar, tidak termasuk dalam pengertian belajar,
karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
b.
Perubahan dalam belajar yang bersifat kontinyu dan
fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang berlagsung secara berkesinambungan, tidak
statis, satu perubahan yang terjadi akan menyebabkabkan perubahan berikutnya.
Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan megalami perubahan
dari tidak dapat menuis menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis
indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya.
Di samping itu dengan kacakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat
memperoleh kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin
catatan-catatan, mengejakan soal-soal dan sebagainya.
c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha
belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifak aktif artinya bahwa perubahan tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan
tingkah laku kerena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena
dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
d.
Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara
atau temporer tejadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat,
keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolonhkan
sebagai perubahab dalam arti belajar. Perubahan terjadi karena proses belajar
bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi
belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan
piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan harus
dimiliki bahkan akan semakin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
e.
Perubahan Dalam Belajar Bertujuan Agar Lebih
Terarah
Ini berarti bahawa perubahan tingkah
laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Kegiatan belajar terarah
kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang
yang belajar mengetik, sebelumnya atau kecakapan mana yang akan dicapainya.
Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada
tingkah laku yang telah ditetapkannya.
f.
Perubahan mencakup aspek tingkah laku
Perubahan yang
diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku, jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia
akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pegetahuan, dan sebaiknya.
Sebagai contoh
jika seorang anak telah belajar naik sepeda maka perubahan yang pailng nampak
ialah mengalami keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami
perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda,
pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda,
cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasan membersihkan sepeda,
dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek
lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan definisi dari prestasi belajar. Prestasi belajar adalah suatu hasil
yang dapat dirasakan setelah proses. Untuk memperkuat kesimpulan di atas
seorang ilmuan menuangkan teorinya mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pedidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaiman yang belum
dan apa penyebabnya. Definisi yang lebih
luas lagi dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam.
Tambahan definisi tersebut bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh
mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Pencapaian
tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan
belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas kegiatan belajar-mengajar
adalah satu-satunya faktor penentu bagi hasilnya. Dalam dunia pendidikan,
khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna. Dengan diadakan
penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan atau kesuksesan
dalam mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
4.
Pengertian Mental Belajar Siswa
Prinsip belajar
yang berkaitan dengan balikan dan penguatan dan mendapatkan hasil yang baik dan
mental belajar akan sangat mendukung terutama ditekan oleh teori belajar Operant
Conditioning dari B. F. skinner. Siswa akan belajar lebih semangat
apabila mengetahui sekali untuk mendapatkan hasil yang baik.
Mental belajar adalah
daya penggerak yang seiring kali di sebut dengan keberanian untuk merespon dan
menyalurkan kemampuan yang dimiliki seorang siswa tentang suatu objek
berdasarakan penilaian terhadap objek materi yang di ajarkan.
Implikasi mental belajar bagi siswa dan guru
tampak dalam kegiatan prilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
Siswa dituntut untuk selalu aktif memeroses dan mengolah perolehan belajarnya
secara fisik, intelektual, dan emosional.Dengan adanya belajar terjadilah
perkembangan jasmani dan mental siswa. (Dimyati dan Mudjiono,2007:7).
Gaya belajar
dalam merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi pendekatan atau
strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar dikelas atau disekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.Fleming dan
Mills mengajukan empat kategori tersebut sebagai berikut : (Arisandi, 2011)
a.
Belajar berbeda dengan kematangan, pertumbuhan
adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah
laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan ,maka
dikatakan bahwa perkembangan itu adalah nerkat kematangan (maturation)
dan bukan karena belajar. Bila prosedur latihan (training) tidak secara
cepat mengubah tingkah laku.
b.
Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental,
perubahan tingkah laku juga dapat terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena
melakukan suatu perubahan berulangkali yang menyebabkan perubahn tingkah laku.
c.
Ciri belajar yang hasilnya relative menetap, hasil
belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang dihasilkan
bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tingkah laku
itu berupa prilaku yang nyata dan dapat diamati.
Belajar dan
pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah
laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika
berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat
atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku atau
sikap yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas,
mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi
memiliki karakteristik : ( Arisandi.2011)
a.
Perubahan secara sadar
b.
Perubahan dalam belajar bersifat tsinambung dan
fungsional,
c.
Tidak bersifat sementara,
d.
Bersifat positip dan aktif
e.
Memiliki arah dan tujuan
f.
Mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku,
yaitu pengetahuan, sikap, perbuatan.
Proses mental,
fungsi mental dan proses kognitif yang berarti fungsi atau proses sebagai persepsi, introspeksi, memori,
kreativitas dan semua hal yang berbeda yang bisa kita lakukan dengan pikiran
kita.
Sebuah contoh
yang spesifik untuk terlibat dalam prose kognitif adalah peristiwa mental.
Peristiwa mengamati sesuatu tentu saja
berbeda dari seluruh proses atau kemampuan persepsi seseoarang untuk merasakan
sesuatu. Dengan kata lain, sebuah contoh dari mengamati berbeda dari kemampuan
yang memuat contoh mungkin.
Aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan ,
nilai dan sikap. Perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat
latihan pengalaman, dan proses memperolah respon sebagai akibat adanya latihan
khusus (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 26).
a
Pengetahuan
-
Ian43 (2011) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.
-
Dimyati dan Mudjiono (2007 : 6) Pengetahuan merupakan pencapaian ingatan
tentang hal yang dipelajari dan tersimpan dalam ingatan ,pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta , peristiwa ,
kaidah , teori , prinsip atau metode.
-
Ngalim Purwanto (1990 :141) Pengetahuan merupakan
kuantitas dan kualitas yang dimiliki seseorang dan apa yang lebih dikuasainya ,
semua itu turut menentukan kepribadiannya
b
Pemahaman
-
Suharsimi
Arikunto (1992 : 24) Pemahaman siswa
diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara
fakta – fakta atau konsep.
-
Dimyati dan Mudjiono (2007 : 26) Pemahaman mencakup
kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c
Keterampilan
-
Ngalim Purwanto (1990 : 158) Keterampilam
merupakan kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu , sangat mempengaruhi bagaimana cara orang itu bereaksi terhadap
situasi – situasi tertentu.
-
Semiawan (2007) Keterampilan merupakan kemampuan –
kemampuan yang mendasar yang dimiliki ,dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu
kegitan ilmiah , sehigga berhasil menemukan suatu yang baru.
d
Nilai
-
Driyarkara menyatakan Nilai merupakan hakekat suatu
hal , yang menyebabkan hal itu pantas untuk dikejar oleh manusia.
-
Fraenkel menyatakan Nilai merupakan idea atau
konsep yang bersifat abstrak tantang apa yang dipikirkan seseorang.
e
Sikap
-
Ngalim Purwanto (1990 : 141) Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk
bereaksi degan cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang
dihadapi.
-
Dimyati dan Mudjiono (2007 : 11) Sikap merupakan
kemampuan menerima obyek bardasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
5.
Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar
itu sendiri merupakan keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan yang
didalamnya terkandung keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar (Dimyati dan mudjiono, 2007:
80)
Motivasi belajar
memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar sehingga
siswa yang termotivasi kuat memiliki kemauan yaang kuat juga untuk melakukan
kegiatan belajar. Motivasi bukan hanya berperan dalam belajar sekolah,
melainkan juga dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. dibedakan antara
"motif" dan "motivasi". Motif adalah daya penggerak dalam
diri orang untuk melakukakan setumpuk aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan tertentu. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat
tertentu.
Menurut Bandura, motivasi manusia lahir dari
beberapa sumber, yaitu proyeksi atau perkiraan tentang kemungkinan akan
berhasil atau gagal berdasarkan pengalaman sendiri atau observasi terhadap
pengalaman orang lain, dan berdasarkan penafsiran mengenai kemampuan sendiri
dalam bidang tertentu.
Besar kecilnya
motivasi belajar tergantung dari macam-macam sasaran yang ditentukan oleh
siswa. Apakah sasaran sangat umum atau spesifik, bagaimana taraf kesulitan dari
sasaran, kapan sasaran itu mau dicapai, dan apakah sasarannya, itu tergolong
sasaran belajar atau sasaran prestise.Pada umumnya siswa akan bermotivasi lebih
tinggi bila sasaran yang akan di capai agak spesifik, dapat dicapai waktu yang
tidak terlalu lama, tidak terlalu sulit juga tidak terlalu mudah. Bagaimana
siswa ingin mencapai suatu sasaran demi untuk kemajuan belajar, meskipun dalam
perjalanan untuk mencapai sasaran itu membuat kesalahan dan kekeliruan, dia
mengajar sasaran belajar (Learning goal), dia cenderung berusaha terus
sampai tujuan tercapai. Siswa yang terutama ingin mencapai sasaran tertentu
demi untuk memberikan kesan kepada orang lain ( performance goal,)
dikatakan mengejar suatu sasaran prestise. Karena motivasi belajar diperkuat
dengan adanya sikap, emosi, kesadaran, kebiasaan dan kemauan.
Duncan, mengemukakan bahwa didalam kosep manajemen motivasi berarti setiap usaha yang disadari
untuk mempengaruhi prilaku seseorang agar meningkatkan kemampuanya secara
maksimal untuk mencapai tujuan organisasi(Purwanto,1990 :72).
Hoy dan Miskel mengemukakan bahwa Motivasi dapat didefinisikan
sebagai kekuatan yang kompleks, dorongan, kebutuhan, pertanyaan-pertanyaan
ketegangan atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan
yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan tertentu (Purwanto, 1990 : 72).
Motivasi belajar
merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri salah
satu tugas pegajar di sekolah adalah membangkitkan motivasi belajar itu pada
siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental berupa
keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Ada ahli psikologis pendidikan
yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut
sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menngerakkan dan mengarahkan prilaku manusia, termasuk prilaku belajar. Dalam
motivasi terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakakan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.
Motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku
manusia, termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan
yang mengaktifkan, menggerakkan,menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku
individu belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2007:80).
Menurut
kebanyakan definisi, Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu
menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia ( Arisandi,2011).
1.
Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada
individu, memimpin seorang untuk bertindak dengan cara tertentu
2.
Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku, dengan
demikian ia menjadikan suatu orientasi tujuan
3.
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan
sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan,
kekuatan-kekuatan individu.
Motivasi belajar disekolah dibedakan
menjadi dua (2) bentuk : ( Dimyati dan Mudjiono, 2007 : 90)
1)
Motivasi Ekstrinsik
Aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkaan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri .Motivasi ekstrinsik ini
lebih kurang meliputi apa yang diuraikan diatas tentang manfaat suatu tugas
belajar untuk memenuhi suatu kebutuhan atau saran untuk mencapai suaatu target.
Motivasi belajar ekstrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar
siswa, misalnya dari orang lain. Motivasi belajar suatu berpangkal pada suatu
kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, biarpun orang lain mungkin
memegang peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Maka yang khas pada motivasi
ekstrinsik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar melainkan apakah
kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan melalui
belajar atau sebetulnya dapat di penuhi dengan cara lain
2)
Motivasi Intrinsik
Kegiatan belajar
dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan
yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu, misalnya siswa
belajar karna ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap -
lengkapnya. Ingin menjadi orang terdidik atau ingin menjadi ahli dibidang ilmu
tertentu.
Unsur–unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar : ( Dimyati dan Mudjiono, 2007 : 97)
1.
Cita–cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar
tampak pada anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan
yang lezat, berebut permainana, dapat membaca, dapat menyayi dan lain-lain
selanjutnya. keberhasialan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan
belajar, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan.
Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa
dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan
kepribadian.
2.
Kemampuan siswa
Keinginan seorang
anak perlu di barengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya dapat
dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.
3.
Kondisi Siswa
Kondisi siswa
yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa.
seorang siswa yang sedang sakit akan enggan untuk belajar. siswa yang sedang
marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran,
sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketingggalan
pelajaran. Dengan kata lain kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada
motivasi belajar.
4.
Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa
dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan
kehidupan kemasyarakatan. Dengan lingkungan yang aman dan tentram, tertib dan
indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
5.
Unsur - unsur Dinamis dalam Belajar dan
Pembelajaran
Siswa yang
memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup. Pelajar yang masih berkembang jiwa raganya,
lingkungan yang semakin bertambah, baik berkat di bangun, merupakan kondisi
dinamis yang bagus bagi pembelajaran .guru profesional di harapkan mampu
memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, dan sumber belajar di sekolah
untuk memotivasi belajar.
6.
Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya
pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan diluar sekolah, pusat
pendidikan diluar sekoalah yang terpenting adalah keluarga, lembaga agama,
pramuka, dan pusat pendidikan pemuda bidang lain. Siswa sekolah pada umumnya
tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebit. Guru profesional di tuntut
menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.
Adapun tujuan
Motivasi adalah : (Purwanto, 1990 : 73 )
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Bagi seorang Guru, tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atu memacu para siswanya agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan yang
berupa cita-cita dalam pendidikan sesuai
dengan yang diharapkan dan ditetapkan didalam kurikulum sekolah (Purwanto, 1990
: 73).
a.
Keinginan
-
Keinginan merupakan
sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa puas.
b.
Perhatian
-
Suprapto (2009)
Perhatian merupakan suatu sikap yang diambil dan dimiliki oleh pikiran
,perhatian tersebut dicerna dalam bentuk yang jelas dan tajam dan dapat menghasilkan informasi yang jelas.
c.
Cita-cita
-
Sunaryo Saripudin (2009) Cita-cita merupakan
motivasi atau daya dukung untuk melakukan suatu hal sehingga timbullah
keinginan untuk mendapatkan hal tersebut.
C. Kerangka
Berfikir
Pada diri seorang
siswa terdapat kekuatan mental sebagai penggerak belajar. kekuatan mental yang
berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita disebut motivasi belajar
dapat dihayati dan dialami. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan
terus mencapai hasil belajar yang optimal dari sisi guru, mental dan motivasi
belajar pada siswa berada pada lingkup program dan tindak pembelajaran. Mental
dan motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan pendekatan CBSA. Dengan
pendekatan CBSA berarti anutan pembelajaran mengoptimalisasikan
pelibatan intelektual emosional, fisik siswa dalam perolehan pengetahuan,
sikap, nilai, dan keterampilan.
Penerapan pendekatan
pembelajaran ber-CBSA dapat dilakukan oleh guru
dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). PKP yaitu anutan
pengembangan ketrampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang
bersumber dan kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa metode
pendekatan CBSA dapat meningkatkan prestasi mental dan motivasi belajar siswa.
dalam hubungannya dengan mental dan motivasi belajar, pendekatan CBSA bisa sangat berdampak
terhadap prestasi mental dan motivasi, karena pendekatan CBSA lebih menekankan
pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kalau siswa aktif dalam setiap
proses otomatis siswa tersebut memiliki daya pengggerak untuk melaksanakan
keaktifan tersebut yang sering kali dinamakan dengan mental. Apabila mental
siswa sudah kuat, maka siswa akan termotivasi untuk melakuakan setiap proses
pembelajaran. Sebaliknya, mental dan motivasi siswa sangat mendukung proses
pendekatan CBSA agar bisa diterapakan dengan sebaik-baiknya.
Penerapan
pendekatan CBSA dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar kerangka
berfikir berikut:
Gambar
2.1 Kerangka Berfikir
Prestasi
Belajar
|
Kurikulum
|
Guru
|
Desain Instruksional
|
Tindakan mengajar
guru dengan pendekatan CBSA pembelajaran di dalam kelas
|
Tindkan belajar
siswa; siswa mengalami proses belajar dengan pendekatan pengertian CBSA
|
D.
Rumusan Hipotesis
E. HYPOTHESIS TINDAKAN
Menurut Ridwan
(2007: 38) Deskriptif yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan
menghubungkan dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk
menentukan titik peluang, Hipotesis yang merumuskan untuk menjawab permasalahan
taksiran (ekstimatif). Adapun hipotesis yang diajukan dalam peneliti ini adalah
:
Ha : Penerapan
pendekatan CBSA dapat meningkatkan prestasi, mental dan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Ekonomi di kelas XA MA NW Sakra Tahun Pelajaran
2011/2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan
adalah dengan menggunakan PTK yaitu metode kualitatif dan kuantitatif, karena
pendekatan ini lebih mudah diterapkan karena yang akan diteliti disini adalah
mengenai "upaya meningkatkan prestasi, mental dan motivasi belajar siswa
dengan menerapkan pendekatan CBSA pada
mata pelajaran ekonomi kelas XA di MA NW
Sakra, Tahun Pelajaran 2011/2012".
Pengertian PTK (Class
room action research) penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata:
1.
Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati
suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data informasi yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting
bagi peniliti.
2.
Tindakan, menunjukkan pada sesuatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan
3.
Kelas hal
ini, tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi pada pengertian yang
lebih spesifik yang sudah lama dikenal dalam pendidikan dan pengajaran . Yang
dimaksid dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama ,menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
4.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.
Karena
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), maka prosedur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur tindakan kelas. Penelitian kelas
ini direncanakan dua siklus dimana tiap-tiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Untuk setiap siklusnya terdiri dari tahapan kegiatan sebagai berikut
:
Siklus I
- Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini hal-hal yang
dilakukan oleh peneliti adalah :
a) Mensosialisasikan
pengajaran dengan menggunakan tahap dimana peneliti akan membuat skenario
pembelajaran
b) Menyediakan
sarana pembelajaran
c) Menyiapkan
lembar kerja siswa
d) Menyusun
tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar
siswa
- Pelaksanaan Tindakan(Impelementasi)
Pada tahap
impelementasi yang akan dilaksanakan peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang telah dirumuskan pada perencanaan tindakan dengan kegiatan
materi pelajaran dengan menerapkan
pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif).
- Observasi dan Evaluasi
Observasi yang
akan dilaksanakan selama pelaksanaaan pembelajaran dengan cara memberikan
evaluasi I pada siklus I ini agar bisa diketahui sejauh mana penerapan pendekatan CBSA dapat meningkatkan prestasi,
motivasi, dan mental belajar siswa. Pengukuran mental dan motivasi belajar
siswa penyebaran angket kepada siswa.
- Refleksi
Apabila hasil
yang didapatkan pada siklus I yang dilakukan yaitu masih adanya siswa yang
tidak tuntas, maka penulis akan melaksanakan tindakan pada siklus II dengan
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang pada saat proses pembelajaran pada
siklus 1.
Siklus II
1
Perencanaan
Tahap perencanaan hampir sama dengan
perencanaan pada siklus I , tetapi peneliti akan melakukan perbaikan-perbaikan
kekurangan yang ada siklus I dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
d.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
e.
Menyajikan informasi
f.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
g.
Membimbing kelompok belajar
h.
Evaluasi
i.
Memberikan penghargaan
2
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini sama dengan disiklus I tapi
melakukan perbaikan seperti yang telah direncanakan.
3
Observasi
Observasinya juga hampir sama dengan
observasi pada siklus I tapi dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan keaktifan
siswa.
4
Refleksi
Tahap Refleksi ini dilakukan dengan
melihat data-data hasil evaluasi.
B. Tempat
dan Waktu Penelitian
1.Tempat penelitian
Adapun tempat
dilakukannya penelitian ini adalah bertempat di MA NW Sakra,kecamatan
Sakra,kabupaten Lombok Timur NTB Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.
Waktu penelitian
Penelitian ini
dilakukan mulai pada pada tanggal 13
oktober – 3 desember 2011.
C.
Subyek Penelitian
Dalam penelitian
ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas X MA NW Sakra yang
berjumlah 23 orang siswa.
D. Jadwal
Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Kegiatan
|
Bulan I minggu ke-
|
Bulan II minggu ke-
|
Bulan III minggu
ke-
|
Bulan IV minggu ke-
|
Bulan V minggu ke-
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Usulan judul penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Studi literan dan kepustakaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan bab
I,II,dan III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan instrumen penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengambilan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisis dan pengolahan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan bab
IV dan V
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bimbingan dan konsultasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ujian skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penjilidan skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
E. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian
ini peneliti melakukan pangumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik
antara lain :
a)
Tes
Dalam penelitian
ini tes yang digunakan adalah bentuk pilihan
ganda, karena bentuk tes ini adalah pilihan ganda untuk menilai
hasil proses belajar yang kompleks dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan
pikirannya sendiri dengan memberikan skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0
untuk jawaban yang salah.
b)
Observasi
Tehnik observasi
merupakan suatu tehnik pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan . Metode ini dilakukan untuk
mengetahui keadaan secara langsung terhadap peristiwa yang terjadi sebenarnya
terhadap faktor-faktor obyek penelitian.
c) Angket
Merupakan
sejumlah pernyataan-pernyataan yang akan dijawab oleh quesioner yang
bersangkutan dengan apa yang akan di teliti sesusai dengan fakta di lapangan.
Angket ini berbentuk pernyataan-pernyataan yang penilaiannya dengan memberikan
skor tertinggi 4 dan skor terendah.
F.
Tehnik Analisis Data
Data hasil penelitian yang tercantum
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif
berupa tes pada siswa baik nilai tes awal dan nilai tes akhir yang menggunakan
tehnik analisis deskriptif kuantitatif . Data kuantitatif ini
ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya, Rata-rata hitung diperoleh dengan
menggunakan rumus.
Untuk
menganalisis data dalam upaya meningkatkan prestasi, mental dan motivasi dengan
menerapkan pendekatan CBSA, peneliti
dalam hal ini terlebih dahulu mencari kemampuan individual maupun kelompok
siswa yang menjadi subyek penelitian. untuk lebih jelasnya tentang kemampuan
individu dan kemamuan kelompok siswa dapat dicari dengan dengan menggunakan
rumus dibawah ini :
1.
Statistik Deskriptif
a)
Mencari angka rata-rata ideal dengan rumus : Mi =
1/2 x (skor maksimal + skor minimal)
b)
Mencari standar deviasi ideal dengan rumus : Sdi =
1/6 x (skor maksimal –skor minimal)
c)
Pengkategorian angket mental dan motivasi
Tabel 3.2
Statistik Deskriptif mental dan motivasi
Interval
|
Mental
|
Motivasi
|
MI + 2 Sdi - Mi + 3 Sdi
|
Sangat baik
|
Sangat tinggi
|
MI + 1Sdi - Mi + 2Sdi
|
Baik
|
Tinggi
|
MI -1Sdi - Mi + 1Sdi
|
Sedang
|
Sedang
|
MI -2 Sdi - Mi -1Sdi
|
Rendah
|
Rendah
|
MI -3Sdi - Mi – 2 Sdi
|
Sangat rendah
|
Sangat rendah
|
2.
Menentukan Ketuntasan
Klasikal
Hasil belajar
adalah hasil yang dicapai individu setelah mengalami proses belajar dalam waktu
tertentu hasil belajar dinyatakan denagan nilai atau skor setelah megerjakan
satu tugas atau tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil tes dianalisis
secara deskriptif dengan rumus sebaagai berikut menurut Nur Kencana (1986 :30)
KB =
P/Nx 100%
Keterangan
KB = Ketuntasan belajar
P
= Jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65
N = Jumlah siswa yang ikut tes
Ketuntasan
belajar tercapai jika KB lebih dari 85%
3.
Kriteria aktifitas belajar siswa
a)
Mencari angka rata-rata ideal dengan rumus : Mi =
1/2 x (skor maksimal + skor minimal)
b)
Mencari standar deviasi ideal dengan rumus : Sdi =
1/6 x (skor maksimal –skor minimal)
c)
Pengkategorian aktifitas siswa
Tabel 3.3 statistik deskriptif
aktifitas siswa
Interval
|
Kategori
|
Mi+3Sdi < M < Mi+ 1,5 Sdi
|
Aktif
|
Mi+ 1,5 Sdi < M < Mi + 0,5 Sdi
|
Cukup aktif
|
Mi- 1,5 Sdi < M < Mi – 0,5 SDi
|
Tidak aktif
|
4.
Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah pencapaian hasil aktivitas
belajar siswa dengan ketuntasan sebagai berikut:
1. Keberhasilan
penelitian tindakan ini dilihaat dari adanya peningkatan persentase ketuntasan
belajar siswa tiap-tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (kkm) untuk
mata pelajaran ekonomi lebih dari 65
2. Keberhasilan
penelitian ini dilihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran aktif yang akan dilihat dari hasil observasi berdasarkan pedoman
aktivitas siswa.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
1. Pelaksanaan
tindakan
a.
Siklus I
1.
Perencanaan
Pada tahap ini
dibuat rencana pembelajaran yang merupakan awal dari proses untuk melaksanakan
tindakan suatu penelitian, selanjutnya mneyiapkan bahan-bahan pertanyaan pada
tengah-tengah pembelajaran berlangsung. Untuk menambah mental dan motivasi
siswa pada materi ini pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut :
a)
Mensosilisasikan pengajaran dengan menggunakan
tahap dimana peneliti membuat skenario penelitian
b)
Membuat lembar observasi siklus I
c)
Mendesain alat evaluasi
d)
Merencanakan hasil siklus I
2. Pelaksanaan
Tindakan (impelementasi)
Berdasarkan
rencana pembelajaran telah menunjukkan relevansi antara tindakan yang
diinginkan dalam penelitian ini, siswa termotivasi danmenerima apa yang
disampaikan oleh guru sehingga materi pembelajaran dengan materi yang diajarkan
dapat dipahami dengan mudah serta aktif dalam meyelesaikan soal-soal yang
diberikan. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan cara belajar siswa
aktif (CBSA) dalam meningkatkan prestasi mental dan motivasi siswa, peserta
didik sebagi subyek artinya peserta didik berperan aktif dalam setiap proses
pembelajaran
Guru
mengembangkan diskusi kelompok untuk memberikan penjelasan dan pemahaman
mengenai materi yang diajarkan, setiap kelompok harus melaksanakan diskusi
sesusai dengan materi yang telah diberikan. Setelah itu untuk lebih memahami
materi pembelajaran guru memberikan kesempatan untuk tanya jawab dan sama-sama
menyimpulkan materi pembelajaran yang telah diberikan.
3. Hasil
Observasi dan Evaluasi
a.
Hasil observasi
Proses
belajar-mengajar siklus pertama observasi yang dilakukan dengan alokasi waktu 2
x 40 menit. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 4.1
Aktifitas belajar siswa siklus I
Jumlah siswa
|
Rata-rata
|
Total
rata-rata
|
kategori
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
23
|
2,96
|
2,52
|
2,7
|
2,57
|
14,73
|
Cukup
aktif
|
Hasil rata-rata
persentase aktifitas belajar siswa sebesar 3,78 ini berarti kategori aktifitas
siswa dalam pembelajaran siklus pertama terbilang cukup aktif dengan hasil
observasi sebagai berikut :
1)
Interaksi siswa dalam proses pembelajaran sudah
cukup baik, namun masih banyak siswa yang belum bisa melakukan interaksi yang
positif ketika melakukan diskusi kelompok dan bertanya pada guru.
2)
Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan CBSA, belum menmpakkan adanya keberhasilan dikarenakan masih ada
yang belum tuntas dalam evaluasi siklus I
3)
Partisipasi siswa dalam mengumpulkan hasil belajar
cukup baik, siswa selalu melaksanakan interaksi dari guru dalam proses
pembelajaran.
Hasil rata-rata
persentase aktivitas sebesar (2,04), ini berarti kategori aktivitas siswa dalam
pembelajaran siklus petama terbilang cukup aktif. Oleh karena itu, maka
aktivitas siswa pada siklus kedua perlu ditingkatkan.
b.
Hasil evaluasi siklus I
Berdasarkan hasil
evaluasi siklus I, setelah dianlisis diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi
Siklus I
Jumlah siswa
|
Nilai tertinggi
|
Nilai terendah
|
Ketuntasan belajar
|
23
|
80
|
65
|
73,91
|
Sumber : Data diperoleh peneliti
Hasil ini belum
mencapai 85,5% yang menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal dengan standar nilai
yang diperoleh oleh siswa secara individual minimal 70 belum tercapai.
4.
Refleksi
Dilihat dari
hasil yang diperoleh pada siklus I yang dilakukan yaitu belum mencapai hasil
yang diharapkan, oleh karena itu peneliti melanjutkan pembelajaran pada siklus
II dengan memperbaiki kekkurangan-kekurangan yang ada pada siklus I antara lain
:
1) Meningkatkan
kesiapan siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan mengingatkan kembali
haisl evaluasi sebelumnya
2) Mengupayakan
bimbingan optimal, kepada siswa yang mengalami kesulitan baik tanya jawab
maupun dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan
3) Mengupayakan
agar siswa lebih termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran, maka guru
memberikan pujian dan nilai lebih pada siswa yang aktif perlu diberikan.
b. Siklus II
1. Perencanaan
Sesuai dengan
tindakan observasi dan evaluasi pada siklus I yang menunjukkan hasil tidak
seperti yang diharapkan dari kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Maka
perencanaan yang dilakukan pada siklus ini lebih matang, yaitu melengkapi
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I seperti yang telah dijelaskan
pada tahap refleksi siklus I
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan pada siklus II ini pada dasarnya sama seperti pada siklus I
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pembelajaran dan
dengan menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA).
3. Hasil
Observasi dan Evaluasi
a.
Hasil Observasi
Hasil observasi
selama proses .pembelajaran pada siklus II secara umum proses pembelajaran
sudah berjalan dengan baik, dimana kekurangan-kekurangan yang terjadi pada silus
I sebagian besar dapat diperbaiki walaupun masih selalu ada
kekurangan-kekurangan.
Tabel 4.3
Aktifitas belajar siswa siklus II
Jumlah
siswa
|
Rata-rata
|
Total
rata-rata
|
kategori
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
23
|
3,34
|
2,91
|
3
|
2,7
|
15,957
|
Cukup
Aktif
|
Adapun hasil
observasi aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut :
1.
Interaksi siswa dalam proses pembalajaran sudah
baik karena didukung adanya interaksi positif disaat proses pembelajaran
2. Kemampuan
siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan CBSA, sudah muali menampakkan
adanya keberhasilan.
3. Partisipasi
siswa dalam mengumpulkan hasil belajar sudah mulai meningkat.
b. Hasil
evaluasi siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi pada
siklus kedua setelah dianalisis diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.4 hasil
evaluasi siklus II
Jumlah siswa
|
Nilai tertinggi
|
Nilai terendah
|
Ketuntasan belajar
|
23
|
90
|
65
|
95,65%
|
Sumber : Data diperoleh
peneliti
Hasil ini sudah mencapai target yang
diinginkan yaitu 85%, hasil lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
4.
Refleksi
Setelah dilihat
hasil observasi dan evaluasi yang diperoleh pada siklus ini
kekurangan-kekurangan pada siklus I sudah teratasi dengan kata lain tujuan
penelitian ini dinyatakan tercapai, sehingga hipotesis diterima penelitian
dilaksanakan.
2.Statistik
Deskriptif
a.Variabel
mental
Hasil analisis
data angket dengan menerapkan pendekatan CBSA
Tabel 4.5 hasil
analisis data mental
Jumlah
siswa
|
Nilai
keseluruhan
|
Nilai
rata-rata
|
Ketegori
|
23
|
1473
|
64,04
|
sedang
|
Sumber : data diolah peneliti
Dari hasil analisis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata tingkat mental siswa dalam proses pembelajaran
adalah 64,04 ini berarti kategori mental siswa sudah cukup baik.
Mi =
½ × (88 + 22)
= 55
Sdi =
1/6 × (88 – 22)
= 11
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif mental
Interval
|
Interval
|
Frekwensi
|
Kategori
|
MI + 2 Sdi -
Mi + 3 SDi
|
77-88
|
-
|
Sangat baik
|
MI + 1Sdi -
Mi + 2SDi
|
66-77
|
7
|
Baik
|
MI -1Sdi -
Mi + 1SDi
|
44-66
|
17
|
Sedang
|
MI -2 Sdi -
Mi -1SDi
|
33-44
|
-
|
Rendah
|
MI -3Sdi -
Mi – 2 SDi
|
22-33
|
-
|
Sangat rendah
|
b. Variabel
motivasi
Untuk
lebih mendukung hasil analisis data agar tambah valid, peneliti juga
menganalisis data angket yang dijawab oleh siswa
Hasil analisis data angket
dengan menerapkan pendekatan CBSA
Tabel 4.7
Hasil Analisis Data Angket Motivasi
Jumlah siswa
|
Nilai keseluruhan
|
Nilai rata-rata
|
Ketegori
|
23
|
1890
|
82,17
|
baik
|
Sumber : data diolah peneliti
Mi =
½ × (skor max + skor minim)
= ½ × (100 + 25)
= 62,5
Sdi =
1/6 × (skor max + skor minim)
= 1/6 × (100 – 25 )
= 12,5
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Motivasi
Interval
|
Interval
|
Frekwensi
|
Kategori
|
MI + 2 Sdi -
Mi + 3 SDi
|
87,5-100
|
1
|
Sangat tinggi
|
MI + 1Sdi -
Mi + 2SDi
|
75-87,5
|
22
|
Tinggi
|
MI -1Sdi -
Mi + 1SDi
|
50-75
|
-
|
Sedang
|
MI -2 Sdi -
Mi -1SDi
|
37,5-50
|
-
|
Rendah
|
MI -3Sdi -
Mi – 2 SDi
|
25-37,5
|
-
|
Sangat rendah
|
Dari hasil analisis data di atas dapat
disimpulkan bahwa rata-rata tingkat motivasi siswa dalam proses pembelajaran
adalah 82,17 ini berarti kategori motivasi siswa dikatakan baik.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil
analisis penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam menigkatkan
prestasi mental dan motivasi belajar siswa, menunjukkan adanya peningkatan
terhadap prestasi, mental dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi kelas XA di MA NW Sakra. Hal ini dapat dilihat baik dari hasil analisis
evaluasi maupun analisis data angket.
Analisis
siklus I, menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa sebesar ini artinya aktivitas
belajar siswa sedang, kemudian ketuntasan belajar siswa mencapai 69,56% dengan
nilai rata-rata siswa sebesar 71,73 dari hasil analisis dapat dilihat adanya
peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan siswa. Tetapi telah dilakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus II untuk lebih mencapai lagi aktivitas belajar
dan kemampuan siswa seperti yang diharapkan.
Pada
analisis data siklus II, mental menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rta
aktivitas siswa sebesar yang berati baik
dan ketuntasan belajar siswa mencapai 95,69% dengan nilai rata-rata sebesar
82,39. dari hasil analisis ini nilai dan persentase yang ditargetkan sudah
tercapai dan melakukan perbaikan-perbaikan seperti yang telah direncanakan.
Pada analisis data angket dapat
berarti dapat diketahui bahwa rata-rata mental belajar siswa sebesar 64,04, ini
berarti bahwa mental belajar siswa dapat dikatakan sudah sedang sesuai dengan
kategori yang telah ditentukan, kemudian kategori motivasi belajar siswa kelas
XA sudah baik
Berdasarkan hasil penjelasan di atas
telah menunjukkan adanya peningkatan prestasi, mental dan motivasi belajar
siswa dengan menerapkan cara belajar siswa aktif (CBSA) pada mata pelajaran
ekonomi kelas XA di MA NW Sakra tahun pelajaran 2011/2012
Adanya peningkatan prestasi mental dan
motivasi ini disebabkan karena penerapan pendekatan CBSA telah diusahakan
terlaksana sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Dimana siswa diminta selalu aktif untuk melaksanakan diskusi, tanya jawab, baik
siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa. Oleh karena itu, dengan
terjalinnya interaksi positif yabf terjadi di dalam kelas maka prestasi mental
dan motivasi siswa akan meningkat dikarenakan adanya kebebasan dan keberanian
untuk bertanya ataupun menjawab.
Pemerolehan hasil belajar sangat
tergantung pada tingkat penugasan siswa yang duukur dari jumlah jawaban benar
pada setiap tes dalam proses pembelajaran
Pemerolehan hasil belajar siswa dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kategori yang
memperoleh prestasi hasil belajar tinggi, dengan jumlah nilai yang lebih besar
dari 90 (>90). Kategori dengan jumlah nilai 70 – 89 dan yang ketiga yaitu
kategori remdah dengan nilai yang lebih kecil atau kurang dari 70 (<70)
Dalam
penelitian ini tingkat prestasi, mental dan motivasi belajar siswa tergolong
sudah cukup baik dilihat dari nilai rata-ratanya. Hal ini juga menunjukkan
bahwa kegiatan belajar-mengajar di MA NW Sakra sudah cukup berjalan dengan
berhasil. Namun demikian guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih besar dari
yang sudah diperoleh sekarang.
Secara
teori hubungan antara prestasi belajar dengan mental dan motivasi siswa serta menurut hasil penelitian terdahulu :
a. Hubungan
Mental dan prestasi
Mental belajar merupakan daya
penggerak yang sering kali disebut keberanian untuk merespon dan meyelurkan
kemampuan yang dimiliki seorang siswa tentang suatu objek berdasarkan penelaian
terhadap objek materi yang diajarkan. Siswa dituntut untuk selalu aktif
memeroses dan mengolah pemerolehan belajarnya secara fisik, intelektual, dan
emosional (Dimyati dan Mudjiono, 2007 ”7)
Aktivitas
mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menh\ghasilkan
perubahan-perubahan dalam prestasi seorang siswa yang mencakup
indikator-indikator didalamnya yaitu pengetahuan, pemahaman. Keterampilan,
nilai dan sikap, perolehan perubahan tingkah laku yang relatif mentap akibat
latihan pengalamn dan proses memperoleh respon sebagai akibat adanya latihan
khusus.
b. Hubungan
motivasi dengan prestasi
Motivasi
belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar
sehingga siswa yang termotivasi kuat memiliki kemauan yang kuat juga untuk melakukan
kegiatan belajar menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan belajar yaitu meningkatkan
prestasi agar bisa lebih baik lagi.
Semakin
tinggi motivasi balajar siswa itu akan meningkatkan prestasi belajar sehingga
tercapai tujuan yang berupa cita-cita dalam pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah (Ngalim Purwanto, 1990
:73)
c. Menurut
Penelitian Terdahulu
Dari ketiga
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran aktif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, sesuai dengan hasil data yangtelah diolah
oleh para peneliti yang tercantum dalam bab III.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari
hasil analisis data dan pembahasan
sebelumnya, maka disini peneliti dapat menarik kesimpulan yang tekait dengan
penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam meningkatkan
prestasi, mental dan motivasi belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas XA di
MA NW Sakra yaitu :
1.
Penerapan pendekatan CBSA dapat meningkatkan
prestasi mental dan motivasi belajar dibuktikan dengan hasil analisisnya.
Hasil analisis
data siklus I dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah siswa adalah 23
orang, dengan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 3,78 kemudian
persentase ketuntasan klasikal pada tahap evaluasi sebesar 69.56% dengan hasil
tuntas berjumlah 16 orang dan tidak tuntas berjumlah 7 orang dan dengan nilai
rata-rata yang sebesar mencapai 71,73.
Hasil anlisis
data siklus II dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas
belajar siswa meningkatnya sebesar 3,99 kemudian persentas ketuntasan klasikal
pada tahap evluasi II sebesar 95,65%
dengan hasil tuntas berjumlah 22 orang dan yang tidak tuntas 1 orang, dengan
nilai rata-rata yang dicapi 82,39
Hasil analisis
data angket mental dan motivasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa di MA NW
Sakra nilai rata-rata mental dan motivasi sebesar 64,04 dengan jumlah
pertanyaan 22 butir dan skor tertingi setiap pertanyaan 4. jadi nilai teryinggi
dalam kategori ini adalah 88 kemudian nilai rata-rata untuk motivasi belajar
siswa sebesar 82,17 dengan jumlah pertanyaan 25 butir soal jadi nilai tertinggi
dalam kategori ini adalah 100. dilihat dari hasil analisis itu mental dan
motivasi belajar siswa masuk dalam ketegori baik
Berdasarkan hasil
perolehan analisis siswa baik observasi, evaluasi dab angket di atas dapat
disimpulkan bahwa penerapan pendekatan CBSA, sangatlah efektif dalam
meningkatkan prestasi mental dan motivasi belajar siswa
B.
Saran
1. Untuk Akademik
Kepada para siswa
hendaknya selalu siap dalam menerima keberagaman model dan pendekatan
pembelajaran
2. Untuk Praktik
Kepada semua guru
secara kese;uruhan khususnya guru ekonomi, hendaknya berani mencoba model dan pendekatan
pembelajaran seperti yang dianjurkan dalam dunia pendidikan.
Saran kepala
sekolah hendaknya turut berpartisipasi dan memotivasi guru-guru untuk
meningkatkan dan wawasan tentang konsep-konsep pembelajaran
3. Untuk teoritis
Kepada pemerintah
agar lebih memperioritaskan kepada guru-guru yang jauh dari perkotaan untuk
meningkatkan kualitasnya dengan memberikan latihan-latihan dalam bentuk
penataran dan pendidikan .
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. (2001) Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan : edisi revisi, Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto,
Suharsimi.(2006) Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rhineka Cipta
Arisandi, Pengertian Mental Belajar, Episentrum.com Diakses
tanggal 28 juli 2011.
Arisandi, Pengertian Mental, id.shvoong.com. diakses tanggal 28 juli 2011.
Dimyanti.
Mudjiono. (2007) Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
IAN 43, (2011). Pengertian Pemahaman, wodress.com,
diakses tanggal 13 september 2011.
J. Moleong Lexly.
(2005). Metodologi Penelitian Kunatitatif
: edisi revisi, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Mahluksosialabadi,
(2010) Pengertian Pendekatan Keterampilan,
Bligspot.com, diakses tanggal 13 september 2011.
Majid, Abdul.
(2009) Perencanaan Pembelajaran.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Nurdin. (2008) penerapan strategi pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan pada kelas XI MAN SUMBAWA
Nurhayati, eva
(2007) pengaruh penggunaan metode belajar
aktif tipe Quiz Team terhadap minat belajar dan hasil belajar akuntansi siswa kelas
X AK SMK Negeri 3 Jepara tahun 2006/2007
Nurkencana, Wayan. (1990) Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional.
Puerwanto,
Ngalim. (1990) Psikologi Pendidikan ,
Bamdung : PT Raja Rosda Karya.
Ratnawati. (2010)
penerapan strategi pembelajaran aktif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X3 pada mata pelajaran ekonomi di
SMA Negeri 1 LAPE (2009/2010)
Sanjaya,
Wina. (2007) Strategi Pembelajaran
Beroriantasi Standar Pendidikan. Jakarta : Prenda Media Group.
Slameto. (1995) Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempeengaruhinya. Edisi revisi, Jakarta : Rhineka Cipta.
Sudjana.(1996). Penilaian Proses Belajar Mengajar ,
Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Sugiyono.
(2003) Metode Penelitian Bisnis ,
Bandung : PT Alffabeta.
Sunarya, Saripudin (2009) Pengertian Cita-cita, Blogspot .com,
diakses tanggal 13 september 2011
Suprapto,
Sunaryo. (2009) Dedinisi Perhatian ,
Blogspot.com, diakses tanggal 13 september 2011
Suprayekti.
(2003) Interaksi Belajar –Mengajar,
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan.
No comments:
Post a Comment